Sejak
kebudayaan Yunani sains-sains mulai berkembang ke seluruh dunia. Perkembangnan
sains ini sedikit demi sedikit telah menghilangkan kepercayaan kepada tahyul
atau prasangka yang telah banyak dianut orang-orang zaman dulu. Sains-sains
yang baru telah banyak ditemukan oleh para ilmuwan sebagai contoh pada abad
ke-17 William Harvey (berkebangsaan
Inggris) mengemukakan bahwa peredaran darah pada tubuh manusia melalui arteri
dan vena, sebelumnya dipercaya bahwa aliran darah pada vena di dalam tubuh
seperti pasang surutnya air laut. Pada abad ke-18 Edward Jenner (berkebangsaan
Inggris) menemukan vaksin pertama untuk melawan cacar. Selanjutnya Sir
Alexander Fleming dari Scotlandia pada tahun 1929 menemukan penisilin
sebagai obat antibiotika pertama.
Sains
terus menerus bertambah dan berkembang, serta hasil penelitian dari sains
tersebut dapat dirasakan semua masyarakat dunia baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dengan segala manifestasi dan pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari menimbulkan suatu pertanyaan, ”Apakah sebenarnya sains itu”? Istilah sains berasal dari bahasa Inggris
”Science” artinya ilmu pengetahuan. Sesungguhnya juga bermakna ”Natural
Science” atau Ilmu Pengetahuan Alam. Beberapa definisi tentang sains adalah (1)
susunan pengetahuan yang sangat penting, (2) pengetahuan yang sangat penting
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan atas pengamatan
dan deduksi, (3) sekumpulan pengetahuan yang dihimpun melalui metode ilmiah.
Para ilmuwan dan ilmuwati
sains mempunyai pendapat yang berbeda tentang apa sains itu? Pendapat-pendapat
tersebut antara lain sebagai berikut. Colette
(1994), dalam bukunya; The in The Middle and Secondary Schools menyatakan bahwa sains harus dipandang dari
tiga sisi, yaitu pertama ”science is a way of thinking”, sains
dipandang sebagai suatu cara berpikir, kedua ”science is a way of
investigation”, sains dipandang sebagai cara untuk memperoleh kebenaran,
dan ketiga science is a body of knowledge”, sains dipandang
sebagai tubuh pengetahuan yang diperoleh dari proses inquiry. Sementara itu, Abruscato (1995) dalam bukunya “Teaching
Children Science” mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang diperoleh
melalui serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis oleh manusia (dalam
hal ini saintis) dalam menjelaskan tentang alam. Sebagaimana ahli lain, Abruscato melihat sains dari tiga
aspek, yaitu science as process (sains sebagai proses), science as
knowledge (sains sebagai pengetahuan), dan science as a set of
values (sains sebagai seperangkat nilai).
Bernal (1969 dalam Ibrahim, dkk, 2004.)
menyatakan bahwa untuk dapat memahami sains haruslah melalui pemahaman dari
berbagai segi. Ia menonjolkan adanya 5 aspek sains, yaitu sains sebagai (1)
institusi, (2) metode, (3) kumpulan pengetahuan, (4) faktor utama untuk
memelihara dan mengembangkan produksi, dan (5) faktor utama yang mempengaruhi
kepercayaan dan sikap manusia terhadap alam semesta dan manusia.
Sains juga dapat dibedakan
atas (1) Physical Sciences (sains fisik) terdiri dari fisika, kimia dan
geologi, (2) Biologycal Sciences (sains biologi) terdiri dari biologi,
psikologi dan sosiologi.
Dengan demikian sains dapat didefiniskan sebagai
seperangkat proses sains dan sikap/nilai sains untuk menemukan pengetahuan
ilmiah atau produk sains. Proses ilmiah yang kemudian dikenal sebagai metode
ilmiah, sedangkan produk ilmiah menurut Carin
(1993) meliputi fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Oleh sebab itu pada hakikatnya
sains terdiri atas produk sains, proses sains, dan sikap sains.